Jumat, 24 Oktober 2014

first

BIG...
Begitulah mereka memanggilku. Aku adalah siswa semester lima di Sekolah yang cukup ternama di kotaku, cukup ternama karena mungkin hanya itu saja sekolah disana. "Sini, ada proyek baru!"
Big adalah nama panggilanku disini, aku heran kenapa bisa begitu. Dengan tubuh mini yang jauh dari langit dan akrab dengan bumi, aku tak tahu. 
"Ini proyek baru!" selembar kertas bergambar tersodor tepat kearahku, "Ini proyek landskap-nya Uhe, dia lagi ngedisain miniatur kota."
"Oh!"
"Bukan oh, mana desain kamu?"
"Desain apa?"
"Desain rumah yang kamu bikin buat Ahad!" 
"Buat apa?"
"Ya digabungin lah, buat apa lagi?"
"Aku kan ngedesain rumah bukan kota."
"Ya ampun Big, kamu bikin bangunannya Uhe ngatur posisinya. Ngerti?"
"Oh... Gitu toh, ngomong dong"
"Ya ampun, kan dari tadi udah ngomong!"
"Eh iya"
"Udah sana ambil! kita susun bareng."
"Susun apa?"
"Udah deh nggak usah banyak nanya, sekarang ambil!"
Ya, itulah aku 'Big Teacher' atau sering dipanggil 'Big'. Seperti yang telah kujelaskan pada kalian, aku tidak tahu mengapa dipanggil begitu. Hal ini bermula saat aku berdiskusi dengan temanku Bil. Kami sangat serius waktu itu, sampai akhirnya dia memanggilku Big setelah diskusi berakhir. 
Setelah berdiskusi dengan Bil, aku makin sering berdiskusi dengan teman-temanku yang lainnya. Dan dari merekalah aku mendapat panggilan Teacher, alhasil sampai sekarang aku jadi dipanggil Big Teacher.
Padahal kalian tahu, tubuhku ini bisa dibilang nggak gede-gede amat. tapi cukup untuk melahap dua mie rebus sekaligus.
Ok, kmbali ke pokok permasalahan. Tadi itu Tia,  lengkapnya Tia Widi Putri Utari. Dia adalah salah satu teman dekatku, dan kertas yang dibawanya adalah milik Uhe. Kertas itu berisi rancangan tata ruang kota, dan Tia berniat memasukan desainku kedalam rancangannya. 
Uhe, lengkapnya Ujang Hendrawan. Temanku yang satu ini bercita-cita menjadi seorang arsitek, dia berniat masuk jurusan 'Arsitektur Lansekap' di Bogor Agricultural University. Dan hobinya sekarang adalah bikin gambar-gambar mengenai tata letak kota. 
"Tia ada-ada aja, emang sepenting apasih desain itu?" kubuka loker meja belajarku, dan kukeluarkan semua isinya. Demi sebuah kertas bergambar sebuah rumah, aku harus membuat mejaku jadi berantakan lagi. "Tia-tia..." 

***

"Mana Big?"
"Nih!" aku menyodorkan kertasku.
Senyum lebar terukir jelas di wajahnya yang lucu "Nah gitu dong, kan aku bisa kerja sekarang!"
"Ti, sebenenya buat apa sih desain itu?"
"Ini buat miniatur..." tangannya dengan begitu terampil membuat sekala di sebuah karton besar, kemudian menggambar ulang rancanganku dan Uhe bergantian. "Oke, berikutnya..."
"Miniatur buat apa sih?"
"Sebenernya aku cuman iseng," sekarang rancangan Uhe sudah berpindah tempat ke karton besarnya Tia, dengan ukuran beberapa kali tentunya. "Daripada aku nggak ada kerjaan, mending aku bikin miniatur."
"Jadi! Kamu cuman iseng doank?"
"Hehe... Iya"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar